Iklan

Ginjal: Ketika Cinta dan Sains Bertemu di Ruang Hemodialisis

24 Oktober 2025, 13:34 WIB


Suluah.id - Ginjal mungkin hanya seukuran genggaman tangan, tapi fungsinya luar biasa penting. Dua organ ini bertugas menyaring darah, membuang racun, dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. 

Ketika ginjal rusak berat dan tak lagi berfungsi, satu-satunya cara bertahan hidup adalah dengan terapi pengganti ginjal — cuci darah (hemodialisis), dialisis peritoneal, atau transplantasi ginjal.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2023), jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis di Indonesia mencapai lebih dari 180.000 orang. Angka ini terus meningkat seiring pola hidup modern, meningkatnya kasus diabetes dan hipertensi, dua penyebab utama gagal ginjal kronis.

Transplantasi: Harapan Baru bagi Pasien Gagal Ginjal


Di tengah deru mesin dialisis, harapan terbesar pasien gagal ginjal adalah transplantasi ginjal. Dengan satu ginjal sehat dari donor, seorang pasien bisa terbebas dari ketergantungan pada cuci darah dan kembali beraktivitas normal.

Namun, penting dipahami: donor ginjal tidak sama dengan jual beli organ.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2021 tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh, donor hanya boleh dilakukan secara sukarela, tanpa imbalan materi, dan atas dasar kemanusiaan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menegaskan bahwa praktik jual beli organ termasuk pelanggaran etik dan hukum internasional. Sayangnya, pasar gelap organ masih menjadi realita di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Potret Kemanusiaan di Ruang Dialisis


Setiap hari, di ruang hemodialisa, ada kisah cinta yang tak banyak kata.

Seorang dokter di salah satu rumah sakit di Jakarta menulis pengalamannya:
“Yang paling sering membuat saya termenung adalah pemandangan ini — seorang istri sedang dialisis, sementara di sampingnya ada suami yang setia menunggu. Ketika saya bertanya, ‘Pak, kalau boleh, apakah Bapak bersedia memberikan satu ginjal untuk istri agar tak lagi tergantung mesin ini?’ Jawabannya hampir selalu sama, tegas dan tanpa ragu: ‘Mau, Dok.’

Kalimat sederhana itu menggambarkan kasih sayang yang nyata, bukan lewat kata, tapi melalui kesediaan berbagi hidup.

Apakah Aman Menjadi Donor Ginjal?


Secara medis, seseorang bisa hidup sehat dengan satu ginjal.

Berbagai studi, termasuk penelitian di American Journal of Kidney Diseases (2020), menunjukkan bahwa donor ginjal memiliki harapan hidup yang hampir sama dengan populasi umum, selama mereka menjalani pemeriksaan ketat sebelum dan sesudah donor.

Sebelum mendonorkan, calon donor akan menjalani serangkaian tes seperti:
  • Tes fungsi ginjal (ureum, kreatinin, GFR)
  • Pencocokan golongan darah dan jaringan
  • Pemeriksaan tekanan darah dan gula darah
  • Evaluasi psikologis dan sosial
  • Setelah donor, pemantauan rutin tetap penting untuk memastikan ginjal tunggal tetap sehat.

Mengapa Banyak Pasien Belum Mendapat Donor?


Meski niat mulia untuk mendonorkan organ ada, praktiknya tidak mudah.
Keterbatasan regulasi, fasilitas transplantasi yang belum merata, serta stigma sosial sering menjadi penghambat. 

Banyak keluarga takut donor ginjal akan mengancam kesehatan pendonor, padahal secara medis tidak demikian bila dilakukan sesuai prosedur.

Selain itu, kesadaran publik tentang donor organ di Indonesia masih rendah.
Survei Perhimpunan Transplantasi Indonesia (InaTF, 2022) menunjukkan hanya 2 dari 10 orang yang bersedia menjadi donor organ setelah meninggal dunia. 

Padahal, satu donor bisa menyelamatkan hingga delapan nyawa.

Langkah Nyata: Edukasi, Empati, dan Etika


Untuk mengurangi ketergantungan pada cuci darah, perlu langkah nyata:
Edukasi publik tentang donor organ dan gaya hidup sehat ginjal.

Peningkatan fasilitas transplantasi di rumah sakit rujukan nasional dan daerah.

Kebijakan etis dan transparan agar proses donor bebas dari praktik ilegal.

Pendampingan psikososial bagi pasien dan keluarga agar siap secara mental.

Dan di atas semua itu, diperlukan rasa empati dan solidaritas. Bahwa berbagi satu organ bukan sekadar tindakan medis, tapi wujud kemanusiaan.

Menjaga Ginjal, Menjaga Hidup


Sebelum bicara tentang transplantasi, langkah terbaik adalah mencegah kerusakan ginjal sejak dini. Berikut tips sederhana dari Kemenkes dan WHO untuk menjaga ginjal tetap sehat:

  • Minum cukup air putih, minimal 2 liter per hari
  • Kendalikan tekanan darah dan gula darah
  • Batasi konsumsi garam dan makanan olahan
  • Jangan sembarangan minum obat atau jamu tanpa pengawasan dokter
  • Rutin periksa urin dan fungsi ginjal, terutama bagi penderita diabetes dan hipertensi


Cinta yang Menyelamatkan


Ketika seorang suami berkata, “Mau, Dok,” itu bukan hanya ungkapan cinta — itu adalah simbol dari kemanusiaan.

Di balik mesin dialisis yang berdengung, ada harapan bahwa sains, kebijakan, dan kasih sayang bisa bersatu untuk menyelamatkan hidup.

Karena sejatinya, transplantasi ginjal bukan hanya tentang organ, tapi tentang kehidupan yang ingin terus berbagi napas.
(*)
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Ginjal: Ketika Cinta dan Sains Bertemu di Ruang Hemodialisis

Iklan