Iklan

Menemukan Bahagia yang Sebenarnya: Bukan di Luar, Tapi di Dalam Diri

25 Oktober 2025, 09:00 WIB


Suluah.id - Aku bertanya kepada kebahagiaan: Kapankah kamu singgah di hati?”

Kebahagiaan menjawab,  “Jika kamu berhenti bersedih atas masa lalu, berhenti cemas pada masa depan, dan mulai ridha atas apa yang Tuhan tetapkan.”

Kalimat puitis yang beredar luas di media sosial itu seakan sederhana, tapi mengandung hikmah yang dalam. 

Di tengah dunia yang serba cepat dan sibuk seperti sekarang, banyak orang mencari kebahagiaan dengan cara yang melelahkan: mengejar pencapaian, harta, atau validasi dari orang lain. 

Padahal, seperti kata para ahli psikologi positif, kebahagiaan sejati sering kali tidak datang dari luar, melainkan tumbuh dari dalam hati yang tenang. 

Mencari Bahagia di Tempat yang Salah


Menurut laporan _World Happiness Report 2024_, sebagian besar orang mengaitkan kebahagiaan dengan faktor eksternal seperti pendapatan, status sosial, dan karier.

Namun penelitian juga menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, kenaikan pendapatan tidak lagi berpengaruh signifikan terhadap kebahagiaan seseorang.

 “Kebahagiaan lebih banyak ditentukan oleh cara kita memaknai hidup, bukan oleh apa yang kita miliki,” jelas Prof. Laurie Santos, dosen psikologi dari Yale University, yang dikenal lewat kuliah populernya “The Science of Well-Being”.

Kita sering terjebak dalam bayangan masa lalu — “Seandainya dulu aku tidak begini…” — padahal masa lalu sudah tertulis dan tidak bisa diulang.

Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan,  “Tidak ada musibah yang menimpa di bumi dan pada dirimu kecuali telah tertulis dalam Kitab sebelum Kami mewujudkannya.”_  (QS. Al-Hadid: 22). 

Ayat ini bukan sekadar penghiburan, melainkan panduan batin: bahwa apa pun yang terjadi adalah bagian dari skenario terbaik yang Allah tulis untuk kita. Penyesalan hanya menambah luka, bukan membuka jalan baru.

Takut pada Masa Depan yang Belum Datang


Ketakutan terhadap masa depan juga kerap membuat hati gelisah. 

Padahal, Rasulullah ﷺ sudah berpesan:  “Jika seluruh umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberi manfaat kecuali yang telah Allah tetapkan untukmu.”_  (HR. Tirmidzi). 

Artinya, masa depan bukan untuk ditakuti, tapi dihadapi dengan keyakinan dan usaha.

“Kecemasan berlebihan terhadap hal yang belum terjadi adalah beban mental yang tidak produktif,” kata psikolog klinis Ratih Ibrahim, M.M.

Ia menambahkan, “Ketenangan datang saat kita mampu fokus pada apa yang bisa dikendalikan hari ini.” 

Ridha: Titik Tertinggi Kedewasaan Spiritual


Sikap ridha — menerima dengan lapang dada setiap ketetapan Tuhan — bukan berarti pasrah tanpa usaha. Ridha adalah bentuk kebijaksanaan batin, ketika seseorang berhenti melawan kenyataan, tetapi tetap berusaha dengan niat yang baik. 

Umar bin Khattab pernah berkata,  “Aku tidak peduli dalam keadaan apa pun aku berada, selama aku tahu bahwa keadaan itu adalah ketetapan Allah bagiku.”

Penelitian dari Harvard University (Harvard Study of Adult Development), yang telah berlangsung lebih dari 80 tahun, juga menyimpulkan bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada uang atau popularitas, tetapi pada kemampuan seseorang untuk merasa puas dan bersyukur atas hidup yang dijalani. 

Bahagia Itu Tentang Berdamai


Maka kebahagiaan bukanlah tentang memiliki segalanya, melainkan tentang menghargai apa yang ada.  

Sudahkah kita memaafkan masa lalu?  Sudahkah kita mempercayakan masa depan kepada Tuhan? 

Sudahkah kita bersyukur atas hari ini, sekecil apa pun nikmatnya?Ketika hati telah berdamai dengan takdir, kebahagiaan akan menemukan jalannya pulang.

اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ رَضُوا بِقَضَائِكَ، وَاطْمَأَنُّوا بِذِكْرِكَ، وَوَثِقُوا بِوَعْدِكَ، وَاسْتَسْلَمُوا لِحُكْمِكَ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang ridha dengan ketentuan-Mu, tenang dengan mengingat-Mu, percaya pada janji-Mu, dan berserah diri kepada keputusan-Mu.”

Karena bahagia sejati bukan di luar diri, tapi di hati yang sudah berdamai.
(*) 

Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Menemukan Bahagia yang Sebenarnya: Bukan di Luar, Tapi di Dalam Diri

Iklan