Suluah.id - Pernah nggak sih, kita tiba-tiba berhenti dari rutinitas, lalu bertanya pada diri sendiri: “Aku ini sebenarnya siapa?”
Pertanyaan klasik ini sering datang di momen-momen sunyi — saat duduk di teras rumah, atau ketika macet di jalan.
Ternyata, rasa ingin tahu tentang siapa diri kita itu bukan hal baru. Bahkan, Al-Qur’an sendiri mengajak kita untuk merenung:
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَىٰ نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
“Padahal manusia terhadap dirinya sendiri adalah penyaksi (yang mengetahui).” (QS. Al-Qiyamah: 14)
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَىٰ نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
“Padahal manusia terhadap dirinya sendiri adalah penyaksi (yang mengetahui).” (QS. Al-Qiyamah: 14)
Renungan ini mengantarkan kita pada tiga anugerah besar yang Allah berikan pada manusia.
Dan ketiganya bisa menjadi kunci hidup yang lebih bermakna kalau kita mau menyadarinya.
1. Kemuliaan Penciptaan: Kita Dibentuk dalam “Versi Terbaik”
Pernah merasa minder dengan penampilan? Padahal, Allah sudah menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk terbaik:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)
Artinya, tubuh kita adalah “desain premium”. Dari jantung yang berdetak tanpa kita suruh, otak yang mampu menyimpan jutaan memori, sampai jari yang bisa menulis pesan di ponsel dengan cepat — semua itu adalah “paket lengkap” yang sudah diberikan.
Tugas kita? Bersyukur dengan cara merawatnya: makan sehat, tidur cukup, dan menggunakan tubuh ini untuk kebaikan.
2. Kemuliaan Ilmu: Kita Dibekali Akal untuk Belajar
Selain tubuh yang sempurna, kita diberi akal yang membuat kita bisa belajar dan berkembang. Allah berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah: 31)
Dari sinilah perjalanan peradaban manusia dimulai. Kita jadi bisa menemukan api, menciptakan roda, menulis buku, sampai bikin aplikasi yang bikin hidup lebih gampang.
Ilmu bukan cuma hak istimewa, tapi juga tanggung jawab. Menuntut ilmu adalah cara kita memaksimalkan potensi, menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi, dan membawa manfaat buat sekitar.
3. Kemuliaan Petunjuk: Kita Punya “GPS Spiritual”
Akal saja nggak cukup. Makanya Allah melengkapi manusia dengan wahyu sebagai kompas hidup.
الرَّحْمَٰنُ . عَلَّمَ الْقُرْآنَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ
“(Allah) Yang Maha Pengasih, yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia.” (QS. Ar-Rahman: 1-3)
Bayangkan kalau kita hanya mengandalkan otak tanpa panduan moral — bisa-bisa kita pintar, tapi tersesat.
Wahyu ibarat GPS yang mengarahkan ke jalan yang benar, sementara teladan Nabi adalah peta yang bisa kita ikuti agar tidak salah langkah.
Jadi, Apa Selanjutnya?
Tiga kemuliaan ini — tubuh yang sempurna, akal untuk belajar, dan wahyu sebagai penuntun — adalah amanah besar. Menyadari semuanya membuat kita lebih menghargai hidup dan nggak gampang larut dalam hal-hal yang nggak penting.
Psikolog modern juga sepakat bahwa refleksi diri (self-reflection) membuat hidup lebih bahagia.
Menurut penelitian Harvard (2017), orang yang rutin merenung tentang tujuan hidupnya cenderung punya tingkat stres lebih rendah dan merasa hidupnya lebih bermakna.
Mungkin sudah saatnya kita kembali mengenali diri. Syukuri setiap nikmat, gunakan potensi sebaik mungkin, dan biarkan petunjuk-Nya menjadi arah. Dengan begitu, kita bisa meraih kemuliaan bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Mau lebih dekat dengan diri sendiri? Cobalah mulai dari hal sederhana: tulis jurnal syukur setiap malam atau luangkan lima menit sehari untuk refleksi tanpa gangguan gadget.
Siapa tahu, dari situ kita menemukan jawaban dari pertanyaan mendasar yang tadi: “Siapa aku sebenarnya?”
(*)
(*)