Iklan

Thibbun Nabawi: Warisan Pengobatan Nabi yang Bermanfaat Bagi Umat

13 Oktober 2025, 07:42 WIB


suluah.id — Di tengah dominasi pengobatan modern dan tradisional Timur, ajaran pengobatan ala Nabi Muhammad ﷺ atau Thibbun Nabawi kembali mencuri perhatian masyarakat Muslim. 

Konsep ini bukan sekadar metode penyembuhan fisik, melainkan panduan hidup yang mencakup kesehatan jasmani, rohani, dan spiritual, bersumber langsung dari wahyu Allah melalui Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.

Menurut literatur klasik Islam, Thibbun Nabawi berarti sekumpulan petunjuk Nabi Muhammad ﷺ yang berkaitan dengan pengobatan, baik yang beliau lakukan sendiri maupun yang beliau anjurkan kepada umatnya. 

Ajaran ini tidak hanya membahas aspek kuratif, tetapi juga preventif, promotif, dan rehabilitatif—mencakup makanan, minuman, etika, ibadah, hingga doa-doa kesembuhan.

Thibbun Nabawi mencakup seluruh dimensi kesehatan manusia, termasuk keseimbangan spiritual dan sosial. Ini berbeda dengan pendekatan medis modern yang cenderung materialistik,” jelas Ustaz dr. Ahmad Rasyid, praktisi pengobatan Islam. 

Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan berbagai koleksi hadis lainnya, terdapat bab khusus berjudul Kitab ath-Thibb yang memuat hadis-hadis terkait penyakit, pencegahan, dan penyembuhan. 

Berdasarkan kajian para ulama, hadis-hadis tentang Thibbun Nabawi dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori utama:
Tindakan preventif dan rehabilitatif.
Tindakan kuratif atau pengobatan.
Terapi kejiwaan dan ruhiyah
, seperti shalat, dzikir, dan puasa.
Panduan menghadapi wabah penyakit.
Petunjuk terkait anatomi dan kandungan tubuh manusia.

Etika pengobatan antara terapis, pasien, dan masyarakat.


Ulama besar Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Zad al-Ma’ad menulis bahwa Nabi ﷺ menggabungkan kesehatan dunia dan agama. “Keyakinan menolak sanksi akhirat, sedangkan kesehatan menolak penyakit duniawi,” tulisnya. 

Pandangan ini menegaskan bahwa kesehatan dalam Islam bukan hanya urusan medis, melainkan juga spiritual.
Namun, penerapan Thibbun Nabawi di masyarakat modern masih menghadapi tantangan.

Sebagian kalangan menilai bahwa pengobatan yang diajarkan Nabi ﷺ tidak termasuk dalam kategori Sunnah yang seyogyanya diikuti. 

Menanggapi pandangan ini, banyak ulama menegaskan bahwa setiap ucapan dan perbuatan Rasulullah ﷺ yang berhubungan dengan kehidupan manusia adalah bagian dari Sunnah, selama tidak termasuk hal-hal yang bersifat khusus bagi beliau.

Dalil penguatnya terdapat dalam hadis sahih riwayat Abu Daud, ketika Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Umar:
Tulis! Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah keluar dari mulut ini kecuali kebenaran.” (HR. Abu Daud No. 3646)

Selain itu, Al-Qur’an juga menegaskan:
Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3–4)

Kini, berbagai lembaga dakwah dan praktisi pengobatan Islam di Indonesia mulai gencar menyosialisasikan Thibbun Nabawi melalui pelatihan, seminar, dan klinik berbasis sunnah. 

Harapannya, umat Muslim dapat menghidupkan kembali tradisi pengobatan Rasulullah ﷺ secara ilmiah dan moderat, tanpa meninggalkan kemajuan ilmu kedokteran modern.

“Sudah saatnya umat Islam menyeimbangkan antara ilmu medis modern dan petunjuk nabawi,” ujar dr. Rasyid. “Keduanya tidak harus bertentangan, karena pada hakikatnya, semua ilmu berasal dari Allah.”

Dengan semakin meningkatnya kesadaran spiritual di kalangan masyarakat, Thibbun Nabawi berpotensi menjadi jembatan antara ilmu kedokteran modern dan nilai-nilai keislaman—sebuah harmoni antara ilmu, iman, dan kesehatan yang diwariskan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
(*) 
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Thibbun Nabawi: Warisan Pengobatan Nabi yang Bermanfaat Bagi Umat

Iklan