suluah.id - Ada kalimat indah dari seorang ulama besar, Al-Fudhail bin ‘Iyadh, yang masih relevan hingga hari ini:
“Pokok adab adalah seseorang mengerti kadar dirinya.”
“Pokok adab adalah seseorang mengerti kadar dirinya.”
Kalimat yang tampak sederhana ini sesungguhnya mengandung kedalaman luar biasa. Ia seperti tamparan lembut bagi siapa pun yang sibuk mengejar pengakuan dunia, tapi lupa bertanya pada dirinya sendiri: “Siapa aku, sebenarnya?”
Ketika Dunia Terlalu Ramai, Kita Sering Lupa Diri
Di era media sosial, banyak dari kita lebih sering menatap layar ketimbang menatap diri. Kita sibuk menata citra, memilih sudut terbaik untuk terlihat hebat, sukses, dan berpengaruh. Namun, di balik itu semua, adakah ruang sunyi untuk benar-benar mengenal siapa diri kita di hadapan Allah?
Padahal, mengenal diri bukan berarti merendahkan diri. Justru, seperti air yang akan tenang bila berada di wadahnya, jiwa pun akan damai bila tahu di mana seharusnya ia berada.
Al-Qur’an mengingatkan dengan tegas:
“Dan janganlah kamu memuji dirimu sendiri; Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)
Ayat ini menjadi pengingat lembut bahwa ukuran kebaikan tidak ditentukan oleh manusia, tetapi oleh Allah yang Maha Mengetahui isi hati.
Mengenal Diri, Jalan Menuju Kedamaian
Rasulullah ﷺ juga bersabda,
“Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.” (HR. Al-Baihaqi)
Kalimat ini sering dikutip dalam literatur tasawuf sebagai inti perjalanan spiritual: semakin dalam seseorang memahami dirinya, semakin ia mengenal kebesaran Allah.
Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah menjelaskan, mengenal diri berarti menyadari keterbatasan manusia dan memahami peran kita sebagai hamba — bukan sebagai pusat semesta. Dari kesadaran itulah tumbuh kerendahan hati yang sejati.
Psikolog klinis Sarlito Wirawan Sarwono juga pernah menyebut bahwa mengenali diri dengan jujur adalah fondasi kesehatan mental. “Orang yang mengenal dirinya cenderung lebih stabil, tidak mudah iri, dan tidak terjebak dalam pencitraan sosial,” katanya.
Kejujuran pada Diri Sendiri
Kadang, kita terlalu sibuk ingin terlihat benar. Kita ingin orang lain melihat kita bijak, sukses, dan beradab.
Padahal, kehormatan sejati justru lahir dari kejujuran menatap diri sendiri — termasuk kekurangan yang sering kita sembunyikan.
Mengetahui kadar diri berarti menempatkan diri di posisi yang tepat: tidak terlalu tinggi hingga sombong, tapi juga tidak terlalu rendah hingga kehilangan harga diri. Di titik keseimbangan itulah, hati terasa lapang, dan adab menjadi indah.
Belajar Berhenti Sejenak
Mungkin, inilah waktu terbaik untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia digital yang serba cepat. Cobalah sesekali menatap cermin, bukan untuk memastikan rambut rapi, tapi untuk bertanya: “Apakah aku sudah mengenal diriku sendiri?”
Sebab, seperti kata Al-Fudhail bin ‘Iyadh, mengenal kadar diri adalah puncak adab — dan dari sanalah lahir ketenangan sejati.
Karena pada akhirnya, yang paling berharga bukanlah siapa kita di mata manusia, melainkan siapa kita di hadapan Allah.(*)