Iklan

Melihat Pemimpin dari Cermin Diri Sendiri

09 Oktober 2025, 07:51 WIB


suluah.id - Pernahkah kita bercermin dan berpikir: Sebenarnya siapa yang perlu diperbaiki duluan — pemimpin atau rakyatnya?

Pertanyaan itu mungkin terdengar sederhana, tapi jawabannya bisa mengguncang kesadaran kita. Sebab sejatinya, pemimpin tak pernah lahir dari ruang hampa. Mereka lahir dari masyarakat yang membesarkan, mengagumi, dan memilih mereka.

Al-Qur’an sudah mengingatkan jauh-jauh hari:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Artinya, perubahan besar selalu berawal dari perubahan kecil — dari dalam diri masing-masing.

Ketika Cermin Sosial Berkata Jujur


Kita sering marah melihat berita korupsi, kecewa dengan janji politik yang tak ditepati, atau mengeluh soal harga yang terus naik. Namun jarang yang mau bertanya, Apakah saya sendiri sudah jujur dan amanah dalam hal kecil?”

Sosiolog Universitas Indonesia, Dr. Imam Prasodjo, pernah berkata dalam sebuah seminar, Pemimpin itu cermin masyarakatnya. Kalau masyarakat permisif terhadap kecurangan, maka pemimpin korup akan dianggap hal biasa.

Pendapat ini sejalan dengan hadis Rasulullah ﷺ:
Sebagaimana keadaan kalian, demikianlah pemimpin kalian.
(HR. al-Baihaqi dan ad-Dailami)

Artinya, kualitas kepemimpinan adalah refleksi dari moralitas masyarakat. Bila rakyatnya gemar menipu timbangan, mencontek ujian, atau mencari jalan pintas, maka sistem yang dibangun pun akan berisi orang-orang serupa.

Mengubah Arah: Dari Menyalahkan ke Membenahi


Kita bisa mengubah wajah bangsa ini — bukan hanya dengan mengganti pemimpin, tapi dengan memperbaiki sikap sehari-hari.

Mulailah dari hal sederhana: datang tepat waktu ke tempat kerja, tidak mengambil hak orang lain, dan berani berkata jujur meski tidak populer.

Psikolog sosial dari UGM, Prof. Koentjoro, menyebut perubahan perilaku individu punya efek domino terhadap perilaku kolektif. “Kalau satu lingkungan mulai membiasakan integritas, lama-lama budaya curang akan hilang karena dianggap ‘aneh’,” katanya.

Revolusi Sunyi di Dalam Diri


Kita sering mendengar istilah revolusi mental—tapi sejatinya, revolusi itu tidak terjadi di spanduk atau pidato, melainkan di hati yang bertekad memperbaiki diri.

Perubahan besar tidak selalu butuh keramaian. Kadang ia justru tumbuh dari kesunyian: dari seorang pegawai yang menolak sogokan, seorang pedagang yang jujur dalam takaran, atau seorang pemuda yang memilih tidak mencontek.

Jika perilaku seperti itu menyebar, maka bangsa ini akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang bersih, amanah, dan mencintai rakyatnya. Sebab, sebagaimana rakyat berubah, begitu pula Allah akan mengubah nasib bangsanya.

Bangsa yang hebat bukan yang selalu menemukan pemimpin sempurna, tapi yang terus memperbaiki diri hingga pantas dipimpin oleh orang baik. 

Maka sebelum menuntut “pemimpin ideal”, mari bercermin — mungkin jawabannya sudah ada di depan mata: pada diri kita sendiri(*) 
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Melihat Pemimpin dari Cermin Diri Sendiri

Iklan