Iklan

Belajar “Hidup Bersahaja” dari Ibnu ‘Atha’illah: Seni Tumbuh dalam Keheningan

30 September 2025, 08:17 WIB



Suluah.id - Pernahkah kamu merasa ingin cepat dikenal, diakui, atau bahkan viral? Rasanya wajar — kita hidup di zaman di mana popularitas bisa datang hanya dengan satu unggahan TikTok. 

Tapi, ada sebuah pesan bijak dari seorang sufi terkenal, Ibnu ‘Atha’illah, yang justru mengajarkan hal sebaliknya:

Kuburlah dirimu di tanah kerendahan, karena sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam tidak akan sempurna hasilnya.”

Sederhana, tapi dalam. Intinya, jangan buru-buru ingin terlihat. Jangan gelisah kalau belum “dikenal dunia”. Seperti benih, kita perlu ditanam — bahkan “dikubur” — agar bisa bertumbuh dengan akar yang kuat.

Hidup Tidak Perlu Selalu di Panggung


Bayangkan benih yang dibiarkan di permukaan tanah. Belum sempat berakar, sudah dimakan burung. Tapi benih yang rela ditanam, tertutup tanah, bahkan tidak terlihat — dialah yang akhirnya tumbuh subur dan berbuah lebat.

Kebijaksanaan ini bukan sekadar teori. Lihatlah sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah wafatnya Rasulullah, beliau tidak mencari-cari jabatan. 

Tapi justru karena kerendahan hatinya, para sahabat mempercayainya memimpin umat sebagai khalifah pertama. Jabatan itu datang bukan karena ia mengejarnya, melainkan karena ia siap dipilih.

Popularitas: Berkah atau Beban?


Kita sering lupa, popularitas itu tidak selalu membawa ketenangan. Bahkan, menurut sejumlah penelitian psikologi modern, orang yang terlalu mengejar validasi sosial justru cenderung lebih rentan stres dan depresi.

Al-Qur’an mengingatkan, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS. Fathir: 10). Artinya, fokus kita seharusnya bukan pada sorotan manusia, tetapi pada ridha Allah.

Abu al-Abbas, seorang ulama besar, bahkan pernah berkata:

Siapa yang menginginkan popularitas, ia adalah budak popularitas. Siapa yang menyembah Allah, maka sama saja baginya, terkenal atau tidak.”

Saatnya Belajar Sabar Bertumbuh


Di era digital, kita sering ingin hasil instan: viral sekarang, sukses sekarang, dikenal sekarang. Tapi pesan Ibnu ‘Atha’illah justru mengajak kita menikmati proses — termasuk saat kita “tidak terlihat”.

Para psikolog menyebutnya delayed gratification, kemampuan menunda kesenangan demi hasil yang lebih baik di masa depan. 

Orang-orang sukses, dari atlet hingga pebisnis, punya kesamaan: mereka mau “mengubur diri” dalam latihan dan kerja keras sebelum tampil di puncak.

Doa yang Layak Kita Panjatkan


Akhirnya, pesan ini mengajak kita untuk fokus pada apa yang penting: keikhlasan, bukan sorotan. Kita bisa berdoa:

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang hanya mencari wajah-Mu dan ridha-Mu. Jangan Engkau jadikan kami orang yang mengejar popularitas atau kedudukan di mata manusia. Karuniakan kepada kami hati yang tulus, jiwa yang tenang, dan akhir kehidupan yang baik.”

Mungkin, “mengubur diri” itu bukan berarti pasrah atau menyerah, tapi justru cara terbaik untuk menyiapkan diri. 

Seperti benih, kita hanya perlu sabar menunggu waktu yang tepat untuk tumbuh — dan saat waktunya tiba, dunia akan melihat hasil yang matang.(*) 

Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Belajar “Hidup Bersahaja” dari Ibnu ‘Atha’illah: Seni Tumbuh dalam Keheningan

Iklan