Iklan

Menjaga Arah Hati di Tengah Tarikan Dunia

23 Desember 2025, 11:38 WIB


Suluah.id - Di tengah ritme hidup yang kian cepat, manusia kerap berada di persimpangan batin. Di satu sisi, tuntutan dunia mendorong kita untuk terus bergerak, mengejar capaian, pengakuan, dan stabilitas hidup. 

Di sisi lain, ada suara lirih dari dalam diri yang mengingatkan tentang tujuan yang lebih abadi: pulang kepada Tuhan.
Pertanyaan besarnya sederhana namun mendalam: bagaimana menjaga keseimbangan hidup di antara dua tarikan itu?

Jawabannya sudah lama hadir dalam ajaran Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, namun janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia” (QS Al-Qashash: 77). Ayat ini kerap dikutip para ulama sebagai fondasi keseimbangan hidup—bukan meninggalkan dunia, tetapi menata niat dan arah di dalamnya.

Nabi Muhammad SAW pun menegaskan pentingnya menjaga pusat kendali kehidupan manusia, yakni hati. Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad” (HR Shahih Bukhari dan Shahih Muslim). Pesan ini menempatkan hati sebagai kompas moral, penentu arah di tengah godaan dan tekanan hidup.

Para sufi klasik telah lama mengingatkan soal ini. Imam Al-Junaid, salah satu tokoh tasawuf terkemuka, pernah berpesan bahwa hidup yang dibangun di atas kejujuran dan keseimbangan akan tetap tegak meski dunia berguncang.

Keseimbangan hidup, pada akhirnya, bukan soal membagi waktu secara matematis, melainkan menautkan dunia sebagai jalan dan akhirat sebagai tujuan. Saat hati tertambat pada nilai yang benar, manusia tak mudah goyah—meski arus kehidupan terus berubah.(*)
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Menjaga Arah Hati di Tengah Tarikan Dunia

Iklan