Ketika hidup terasa sesak, mungkin bukan dunia yang perlu dilonggarkan—melainkan hati kita sendiri.
Suluah.id - Di tengah rutinitas yang semakin padat—dari notifikasi ponsel yang tak kunjung berhenti hingga tekanan untuk selalu “baik-baik saja”—banyak orang diam–diam merindukan ruang hening dalam batin. Ruang tempat jiwa bisa sekadar duduk, menarik napas, dan merasa damai kembali.
Dalam tradisi Islam, ketenangan seperti ini bukan sekadar konsep abstrak. Rasulullah SAW menyebut ada empat golongan yang dijauhkan dari panasnya api neraka:
Hayyin, Layyin, Qarib, dan Sahl.
Empat karakter ini, jika dirangkai, ibarat empat pilar keseimbangan hati—menenangkan, meneduhkan, sekaligus memperkuat.
1. Hayyin – Jiwa yang Tenang
Hayyin menggambarkan sosok yang tidak mudah terseret arus emosi. Ia tetap jernih bahkan ketika dunia sedang riuh.
Psikolog modern menyebutnya emotional balance, kemampuan menjaga stabilitas emosi di bawah tekanan.
2. Layyin – Lembut dalam Sikap dan Ucapan
Kelembutan bukan tanda kelemahan. Justru, dalam banyak penelitian, sikap lembut meningkatkan kualitas hubungan sosial dan mengurangi stres.
Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya kelembutan tidaklah berada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya…” (HR Muslim).
Dan memang, tutur kata yang lembut bisa menjadi penawar di zaman yang sering terasa keras ini.
3. Qarib – Mudah Didekati
Qarib adalah orang yang disukai bukan karena pencitraan, tetapi karena aura kebaikannya membuat orang merasa aman berada di sekitarnya.
Ulama seperti Ibn Rajab Al-Hanbali menafsirkan “qarib” sebagai pribadi yang ramah dan tak membuat orang merasa rendah atau terasing.
4. Sahl – Memudahkan Urusan Orang Lain
Hidup memang berat, dan Rasulullah SAW mengajarkan bahwa salah satu amal terbesar adalah memberi kemudahan bagi sesama.
Penelitian dalam Journal of Positive Psychology bahkan menunjukkan bahwa membantu orang lain meningkatkan hormon bahagia seperti endorfin dan oksitosin.
Allah menegaskan karakter mulia ini dalam QS Al-Furqan ayat 63:
“…Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.”
Sikap memudahkan—sekecil apa pun itu—adalah bentuk kelembutan yang menyebar seperti mata air.
Keseimbangan yang Membawa Pulang Hati kepada Tuhan
Para sufi menyebut empat sifat ini sebagai “pintu-pintu kelapangan”. Salah satu dari mereka pernah berkata,
“Hati yang dekat kepada Tuhan adalah hati yang ringan memaafkan, lembut memberi, dan mudah memudahkan.”
Di dunia yang semakin cepat dan penuh desakan, nilai-nilai ini terasa seperti oase.
Mungkin kita tidak bisa mengubah ritme hidup modern.
Namun kita bisa memilih bagaimana hati meresponsnya—tenang seperti hayyin, lembut seperti layyin, hangat seperti qarib, dan memudahkan seperti sahl.
Pada akhirnya, keseimbangan jiwa bukan ditemukan di luar, melainkan dirawat di dalam.(*)



