suluah.id - Pernah nggak sih, kita merasa lelah hanya karena harus mengingat-ingat “kebohongan kecil” yang pernah terucap?
Mulai dari alasan klasik “lagi di jalan kok” padahal masih di kamar, sampai janji “sebentar lagi selesai” padahal baru mulai mengerjakan.
Lama-lama, beban itu menumpuk. Otak penuh dengan catatan palsu, hati pun gelisah.
Jauh sebelum para psikolog modern membahasnya, Imam Malik—ulama besar abad ke-8—sudah mengingatkan: “Jarang sekali engkau dapati seorang yang jujur dan tidak berdusta, melainkan ia akan senantiasa diberi kenikmatan berupa kejernihan akalnya. Dan ia tidak akan ditimpa oleh apa yang biasa menimpa orang lain berupa kepikunan dan kelemahan akal di masa tua.”
Artinya, kejujuran itu bukan sekadar soal moral, tapi juga “vitamin” bagi otak dan jiwa.
Penelitian Modern Membenarkan
Penelitian dari University of Notre Dame, Amerika Serikat, (2012) menemukan bahwa orang yang berusaha mengurangi kebohongan dalam kehidupan sehari-hari cenderung mengalami lebih sedikit masalah kesehatan fisik dan psikologis. Mereka merasa lebih lega, stres berkurang, bahkan tidur lebih nyenyak.
Psikolog klinis Dr. Robert Feldman juga menyebut, berbohong itu melelahkan karena otak harus bekerja ekstra menyimpan dan menyusun alibi.
Sebaliknya, jujur membuat otak “bernapas lega” karena tidak ada beban tambahan.
Teladan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq
Dalam sejarah Islam, kita mengenal Abu Bakar r.a. dengan gelar Ash-Shiddiq—“yang membenarkan”. Julukan itu bukan hanya karena ia percaya pada Rasulullah ﷺ dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, tapi karena kejujurannya sudah mendarah daging. Kejernihan hati dan pikirannya membuatnya teguh saat banyak orang lain goyah.
Tidak heran, Allah pun menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119).
Hidup Ringan dengan Kejujuran
Hidup yang kita dambakan tentu bukan hidup penuh drama menutupi kebohongan, melainkan hidup yang ringan, bening, dan penuh keberkahan.
Kejujuran mungkin terasa berat di awal, tapi sesungguhnya ia meringankan beban di sepanjang perjalanan hidup.
Seperti doa indah yang sering dibacakan para ulama:
“Ya Allah, sucikan hati kami dengan kejujuran, terangilah akal kami dengan amanah, teguhkan lisan kami di atas kebenaran, dan kumpulkan kami bersama orang-orang yang jujur di dunia dan akhirat.”(*)