Iklan

Menemukan Manisnya Ridha Allah

26 September 2025, 07:40 WIB


Suluah.id - Pernahkah kamu merasa kecewa karena doa yang dipanjatkan tak kunjung terkabul? Atau merasa seperti ibadahmu “tidak ada hasilnya”? 

Jika iya, tenang, kamu tidak sendirian. Banyak orang pernah berada di fase itu.

Kita sering mendekat kepada Tuhan dengan harapan: agar rezeki dilancarkan, masalah dipermudah, hati dibuat tenang.

Semua itu wajar dan manusiawi. Namun, ada satu tingkatan ibadah yang lebih dalam: beribadah bukan karena ingin “mendapat sesuatu”, tetapi semata-mata demi mencari ridha Allah.

Bukan Lagi Hubungan Transaksi


Bayangkan seorang anak yang merawat orang tuanya dengan tulus. Ia tidak mengharapkan imbalan atau uang jajan, melainkan melakukannya karena cinta. 

Hubungan seperti ini jauh lebih murni dan hangat.

Begitulah seharusnya hubungan kita dengan Allah. Ibadah tidak lagi sekadar permintaan atau barter—“aku shalat, Engkau beri rezeki”—tetapi sebuah ungkapan cinta.

Al-Qur’an mengingatkan kita dengan tegas:
Dan keridhaan Allah adalah lebih besar (daripada segala kenikmatan surga). (QS. At-Taubah: 72)

Artinya, ridha Allah adalah puncak kebahagiaan seorang hamba. Saat ridha itu hadir, apa yang kita butuhkan sering kali datang dengan cara yang tidak pernah kita duga.

Lebih Dari Sekadar Dunia


Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah memberi dunia kepada siapa yang Dia cintai dan siapa yang tidak Dia cintai. Tetapi Dia tidak memberi iman kecuali kepada orang yang Dia cintai.” (HR. Ahmad)

Pesan ini sederhana namun dalam: tujuan beribadah seharusnya bukan hanya demi dunia, melainkan untuk menjaga iman dan cinta kepada Allah.

Ibnul Qayyim, seorang ulama besar, menulis:
Barangsiapa yang ridha kepada Allah, maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari Allah, maka ia akan kehilangan kedamaian hatinya.”

Ketenangan hati inilah yang sering kali kita cari di tengah kesibukan dan hiruk pikuk dunia.

Menikmati Ibadah yang Tulus


Lalu bagaimana cara memulai?

Luruskan niat – setiap ibadah, dari yang besar seperti shalat hingga yang sederhana seperti tersenyum pada orang lain, niatkan untuk Allah.

Ikhlas tanpa pamrih – jangan ukur ibadah dengan hasil duniawi yang cepat.

Nikmati prosesnya – ibadah bukan beban, tetapi momen pertemuan jiwa dengan Penciptanya.

Ketika kita beribadah demi ridha Allah, hidup terasa lebih ringan. Kita tidak lagi kecewa ketika doa belum terkabul, karena kita yakin Allah tahu waktu terbaik untuk memberi.

Keridhaan Allah adalah hadiah yang nilainya tak bisa diukur dengan apapun. Dan menariknya, saat ridha itu kita dapatkan, sering kali pemberian-Nya datang lebih luas, lebih indah, dan lebih mengejutkan dari yang pernah kita minta.

Jadi, siapkah kita beribadah tanpa syarat, hanya demi cinta dan ridha-Nya? Karena di sanalah letak manisnya iman yang sebenarnya.(*) 
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Menemukan Manisnya Ridha Allah

Iklan