SULUAH. ID - Pernahkah Anda merasa jenuh dan bosan ketika menuntut ilmu, seolah apa yang Anda pelajari tak lagi menggugah semangat? Pertanyaan ini diajukan kepada Syekh Said Kamali dalam sebuah diskusi yang mengungkap jawaban di luar dugaan.
Alih-alih memberi solusi umum tentang cara mengatasi kejenuhan dalam belajar, Syekh Said dengan lugas berkata, “Kalau begitu cari aktivitas lain selain ilmu. Tidak semua orang harus jadi alim. Bisa jadi Anda memang tidak cocok di bidang keilmuan. Anda bisa mencari bidang lain yang lebih sesuai dan bisa memberikan manfaat bagi banyak orang.”
Jawaban ini menimbulkan perenungan mendalam tentang pentingnya menemukan bidang yang benar-benar cocok untuk diri kita. Syekh Said membagikan pengalamannya saat menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di negara Arab.
Banyak mahasiswa yang mendaftar ke fakultas Syariah bukan karena panggilan hati, melainkan karena tidak diterima di jurusan lain. Syariah dianggap sebagai “opsi terakhir” – sebuah pelarian bagi mereka yang tak punya pilihan.
Ini yang disebut Syekh Said sebagai istirdzal ‘ilm, menganggap ilmu sebagai barang murahan. “Bagaimana mungkin Anda berharap ‘sejajar’ dengan ulama terdahulu kalau sebenarnya Anda adalah orang yang ‘terbuang’; di sini tidak diterima, di sana pun tidak diterima?” tutur Syekh Said.
Mengarahkan Potensi, Bukan Memaksakan Jalan
Mengambil hikmah dari pernyataan Syekh Said, penting bagi kita sebagai orang tua, guru, dan pembimbing untuk melihat minat dan bakat yang dimiliki anak-anak atau siswa. Jika seorang anak tertarik pada Biologi, arahkan ia untuk mendalami ilmu tersebut. Tak perlu memaksanya belajar bidang agama jika itu bukan minatnya.
Sebaliknya, jika ada mahasiswa yang memiliki ketertarikan dan bakat di bidang kedokteran, dukunglah untuk menjadi dokter terbaik. Jangan sampai ia merasa harus ‘diseret’ untuk mempelajari ilmu akidah hanya karena tekanan lingkungan.
Demikian pula, jika ada individu yang memiliki potensi di bidang olahraga, doronglah ia untuk berprestasi dan berkembang dalam kariernya. Tidak perlu ikut-ikutan mendalami fiqih muqaran yang sama sekali tidak relevan dengan minatnya.
Contoh lainnya adalah mereka yang memiliki jiwa wirausaha. Hobi berdagang adalah hal yang luar biasa. Berbisnis bukan hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga dapat membuka lapangan kerja bagi orang lain. Kenapa harus memaksakan mereka untuk belajar ilmu jarah wa ta’dil jika itu bukan bidang yang membuat mereka bersinar?
Jalan Menuju Kebahagiaan dan Manfaat yang Lebih Luas
Mengarahkan seseorang pada bidang yang sesuai dengan minatnya bukan hanya membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga mendorong hasil yang lebih optimal.
Ketika seseorang belajar sesuatu yang dicintai, ia akan mengejar ilmu tersebut dengan semangat dan dedikasi tinggi. Inilah yang akan membentuk para ahli dan profesional yang kompeten di bidangnya.
Sebaliknya, memaksa seseorang menekuni bidang yang tidak disukainya hanya akan melahirkan individu yang tidak produktif dan tidak bahagia. Akibatnya, ilmu yang dipelajari pun tak akan maksimal dan rasa jenuh semakin menjadi-jadi.
Mendukung Potensi untuk Kontribusi Nyata
Kita perlu mengubah pola pikir bahwa hanya ada satu jalur menuju kesuksesan atau kebermanfaatan. Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang dipenuhi oleh individu-individu yang menekuni bidang yang mereka cintai.
Hal ini juga sejalan dengan nilai Islam yang menghargai usaha dan keikhlasan dalam berkarya di bidang apa pun selama bermanfaat bagi orang banyak.
Sebagai penutup, mari kita dorong diri kita sendiri dan orang lain untuk mengejar bidang yang sesuai dengan bakat dan minat. Dengan begitu, kita tidak hanya membangun karier yang sukses, tetapi juga membentuk kehidupan yang penuh arti dan kontribusi nyata bagi masyarakat.(YJ/BD)