Iklan

Mungkinkah Pasar Padang Panjang Kembali Menjadi Pusat Perdagangan di Sumatera?

12 Februari 2022, 17:23 WIB


Suluah.id--  Pandemi Covid-19 memang belum hilang, namun kondisi penyebarannya telah mengalami penurunan. Namun demikian, ancaman adanya varian Omicron juga mulai hadir. 


Dampak adanya pandemi terhadap sektor ekonomi masyarakat luar biasa akibat yang ditimbulkannya. Pasar sepi dan daya beli masyarakat pun menurun drastis. 


Begitu pula halnya dengan yang dialami oleh masyarakat di Kota Padang Panjang. Kehadiran pasar dengan infrastruktur yang moderen, ternyata belum bisa meningkatkan intensitas jual beli dan peningkatan transaksi. 


Harapan masyarakat Kota Serambi Mekkah terhadap kotanya untuk kembali menjadi pusat tujuan banyak orang dalam berniaga dan menuntut ilmu pun kembali menguat.


Jika bernostalgia pada masa lalu, banyak kalangan yang berharap masa-masa hidupnya Pasar Padang Panjang itu bisa kembali. Mengingat Kota Padang Panjang pada masa lalu adalah Pusat Perdagangan di Pulau Sumatera. Posisinya yang strategis dan iklimnya yang nyaman, sangat mendukung kota kecil ini menjadi tujuan utama kunjungan.


Beragam program dan strategi memang telah diusahakan oleh pemerintah setempat. Namun hasil yang diharapkan belum jua berhasil. Terlebih tiga tahun terakhir, hantaman badai covid 19 cukup menyedot Anggaran. 


Namun demikian, perlu kiranya kita kembali mengkaji mengenai faktor-faktor pendukung dari ramainya Pasar Padang Panjang dimasa lalu. 


Menjadi Pusat Perdagangan Di Masa Lalu


Letak Kota Padang Panjang yang berada di pertengahan, sudah lama memiliki peran penting dalam menghubungkan wilayah pusat Minangkabau (darek/luhak nan 3) dengan kawasan rantau di pesisir barat, khususnya Padang dan Rantau Pariaman.


Padangpanjang berfungsi sebagai tempat untuk mentransfer atau pertukaran bahan-bahan komoditi dari kedua wilayah itu. Hiruk-pikuk aktifitas perdagangan cukup marak saat itu.




Muhammad Saleh Dt. , salah satu orang Kaya Besar, pedagang besar Pariaman di abad ke-19 (dikutip dari Rubrik ‘Minang Saisuak’, 13 Maret 2011), menceritakan dalam ‘autobiografinya’  yang berjudul Riwajat Hidoep dan Perasaian Saja (1914) bahwa komoditi utama yang dibawa dari Pariaman ke Padang Panjang adalah minyak kelapa, garam, ikan asin, daun nipah (untuk rokok, yang diambil dari Pulau Pagai), dan beras. 


Sebaliknya dari Padang Panjang ke Pariaman dibawa berbagai jenis sayur-sayuran. Alat transportasi utama pada waktu itu adalah pedati melewati jalan Lembah Anai yang kondisinya masih sangat sederhana.


Oleh sebab itu kota Padang Panjang selalu ramai. Sejarah telah mencatat bahwa Padang Panjang yang berhawa sejuk juga menjadi pusat pendidikan yang penting di Minangkabau. Salah satu di antaranya adalah Sumatra Tawalib yang terkenal itu. Kota ini juga menjadi pencetus gerakan ideologi-ideologi baru di akhir zaman kolonial.


Di salah satu rubrik ‘Minang Saisuak’  menampilkan sebuah foto klasik Pasar Padang Panjang yang dibuat sekitar tahun 1930-an. Sebuah foto yang tidak diketahui pasti fotografernya ini ,  tampak berukuran 17,5 x 23,5 cm.


Disinyalir foto tersebut dibuat untuk suatu postcard. “Markt te Padang Pandjang, Padangsche Bovenlanden” (Pasar di Padang Panjang, Padang Darat), demikian judul foto ini.


Tampaknya pasar ini sedang ramai. Di latar belakang terlihat bangunan los-los yang tampaknya relatif masih baru. Melihat foto ini , muncul kesan pentingnya pasar sebagai ajang pertemuan sosial, tidak sekedar tempat untuk saling menukar barang dan pelintasan uang.


Gaya pakaian kaum perempuan dan laki-laki yang terekam dalam foto ini menjadi catatan etnologis dan historis yang penting tentang transformasi politik tubuh etnis Minangkabau.


Mungkinkah Padangpanjang Menjadi Pusat Perdagangan Di Sumbar Saat Ini ?


Dengan segala giat pembangunan yang telah berjalan saat ini, mungkinkah mengembalikan Padang Panjang sebagai Pusat Perdagangan kembali ?


Dari pengamatan penulis , ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan untuk menjadikan hal tersebut.


1. Akses Transportasi

Ramainya Kota Padang Panjang sebagai pusat perdagangan di masa lalu tak lepas dari "hidup" nya Stasiun Kereta Api Kota Padang Panjang.


Jalur kereta api yang pada masa itu cukup ramai, menjadikan Padangpanjang sebagai perlintasan utama. Letak Stasiun Kereta Api yang berdekatan Pasar, memudahkan orang berkunjung ke Padang Panjang untuk bertransaksi dan berniaga.


Adanya wacana akan dihidupkannya kembali Jalur Kereta Api dari Padang ke Bukittinggi, memberikan harapan baru bagi Padang Panjang kembali sebagai Pusat perdagangan lagi.


Namun hal tersebut juga membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat banyaknya jalur kereta api yang telah beralih fungsi.


Saat ini , pasar yang memiliki akses transportasi yang lebih mudah adalah Pasar Sayur yang berada di Kelurahan Bukit Surungan . Posisinya berdekatan dengan Terminal Truk dan Bus Antar Propinsi. Kondisi ini memiliki kemiripan dengan Pasar Pusat dengan Stasiun Kereta Api.


2. Keikutsertaan Daerah Hinterland dalam Pengelolaan Ekonomi


Tak bisa dipungkiri, bahwa salah satu kontribusi ramainya Pasar Padang Panjang adalah hadirnya masyarakat daerah Hinterland seperti Batipuh, X Koto, dan Kayu Tanam yang turut berjual beli dan bertransaksi di Pasar Padang Panjang. 


Dengan adanya sistem otonomi, dimana masing-masing daerah berhak dan perlu untuk mengembangkan perekonomian serta Pasar masing-masing, ini berakibat berkurangnya kunjungan penjual atau pembeli dari daerah Hinterland ke Padang Panjang. 


3. Perlunya Inovasi yang sejalan dengan Digitalisasi Marketing


Tak bisa lagi dihindari. Hadirnya teknologi informasi yang memicu adanya disrupsi di berbagai sektor termasuk sektor ekonomi, mengharuskan para pelaku Pasar untuk menerapkan Digitalisasi Marketing. 


Sudah saatnya, Pasar Padang Panjang bisa hadir dalam bentuk Market Place. Sehingga tidak hanya pembeli yang langsung berkunjung, namun bisa juga menerima order atau pesanan menggunakan sistem daring. 


Nah, hal-hal tersebut diatas yang menurut penulis adalah sebagian dari cara-cara untuk kembali bisa menjadikan Pasar Padang Panjang sebagai Pusat Perdagangan di Sumatera. 


[ Budi Rajobujang ]



Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Mungkinkah Pasar Padang Panjang Kembali Menjadi Pusat Perdagangan di Sumatera?

Iklan