Iklan

Mari Mengenal Alat Musik Tiup Tradisional Minangkabau

09 Juni 2023, 21:28 WIB


Suluah.id - Alat musik tradisional Minangkabau memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari alat musik tradisional di daerah lain di Indonesia. 

Minangkabau memiliki beragam jenis alat musik tradisional, seperti talempong, gendang, rabab, saluang, serunai, dan masih banyak lagi. Masing-masing alat musik memiliki bentuk, suara, dan cara penggunaan yang berbeda.

Alat musik tradisional Minangkabau seringkali digunakan dalam kombinasi, seperti dalam kesenian tari payung atau tari piring. Kombinasi alat musik tersebut menghasilkan suara yang harmonis dan menawan.




Banyak alat musik tradisional Minangkabau yang terbuat dari bahan alami, seperti bambu, kayu, kulit binatang, dan logam. Bahan-bahan tersebut diolah dengan teknik yang khas untuk menghasilkan suara yang unik dan indah.

Alat musik tradisional Minangkabau memiliki nilai budaya yang tinggi, karena selalu digunakan dalam berbagai acara adat dan upacara keagamaan. Selain itu, seni musik tradisional ini juga menjadi sarana untuk menjaga dan mengembangkan kebudayaan Minangkabau.





Satu lagi, alat musik tradisional Minangkabau memiliki nada dan irama yang khas, yang seringkali memberikan kesan nostalgia dan kehangatan bagi para pendengarnya. Kehadiran alat musik tradisional ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Minangkabau.

Demikianlah beberapa keunikan alat musik tradisional Minangkabau. Selain sebagai hiburan dan pengembangan seni budaya, alat musik tradisional ini juga menjadi cermin dari kearifan lokal dan kekayaan budaya Minangkabau.

Khusus alat musik tiup tradisional,  Minangkabau memiliki ragam alat musik yang tergolong unik dan istimewa. Berikut beberapa alat musik tiup tradisional dari Minangkabau:


Saluang


Saluang merupakan alat musik Sumatera Barat khas Minangkabau, sejenis suling yang terbuat dari bambu tipis atau talang. Alat musik tradisional ini termasuk ke dalam golongan alat musik tiup dalam bentuk lebih sederhana.

Dahulu, saluang digunakan dalam ritual magis masyarakat Minangkabau, namun di masa sekarang lebih sering digunakan untuk hiburan. Saluang kerap ditampilkan pada acara pesta pernikahan (baralek), batagak gala dan juga upacara adat Minangkabau lainnya.




Selain itu, alat musik dari Sumatera Barat yang satu ini juga memiliki beberapa jenis atau varian, yang tersebar di beberapa daerah di Sumatera Barat, yaitu Saluang Darek, Saluang Sirompak, Saluang Pauah, dan Saluang Panjang. Empat jenis Saluang itu memiliki perbedaan di bunyi dan cara memainkannya atau teknik memainkan yang berbeda.

Saluang memiliki panjang sekitar 40 sampai 60 cm dengan ukuran diameter sekitar 3 cm. Perbedaan yang terlihat antara Saluang dan suling biasa adalah jumlah lubangnya. Pada umumnya, suling memiliki tujuh lubang, sedangkan Saluang hanya empat lubang saja.




Dalam membuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian ruas bambu. Pada bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45 derajat sesuai dengan ketebalan bambu.

Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini, biasanya mulai dari ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan lugang kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkar bambu. Untuk besar lubang agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah dibuat dengan garis tengah 0,5 cm.


Serunai


Sarunai atau serunai merupakan alat musik tiup khas Minang yang berasal dari dataran India Utara, yang digunakan dalam musik pemikat ular tradisional India. Setelah dikenal oleh masyarakat Minangkabau, serunai pun populer sebagai alat musik Sumatera Barat.

Bukan hanya masyarakat Sumatera Barat saja yang menggunakan serunai sebagai alat musik. Namun hampir seluruh daerah di Indonesia karena dibawa oleh imigran Minang, salah satunya masyarakat Banjar di Kalimantan.




Serunai tradisional Minang dibuat dari batang padi, kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa. Sementara itu, bagian penghasil bunyi pada serunai terbuat dari kayu capo ringkik atau bambu talang yang ukurannya sebesar ibu jari tangan.Batang yang kecil disebut puput (pupuik).

Batang ini merupakan sisi yang ditiup oleh pemain dan berfungsi sebagai sumber suara. Batang yang lebih besar memiliki empat atau lebih lubang dan berfungsi sebagai penata nada. Kedua bagian ini disambungkan menjadi komponen utama dari serunai.




Selain komponen utama tersebut, ada komponen lain yang bersifat pelengkap. Komponen tersebut adalah corong yang disambungkan pada sisi depan serunai. Corong ini biasanya berbahan tanduk kerbau atau kayu gabus dengan sisi depan yang dibuat semakin membesar. Fungsi dari corong adalah meningkatkan volume suara yang dihasilkan serunai.

Capo ringkik merupakan sejenis tanaman perdu yang mempunyai lapisan kayu keras namun mempunyai bidang dalam yang lunak, sehingga mudah untuk dilubangi. Kayu sepanjang 20 cm tersebut diberi 4 lubang yang berselisih jarak 2,5 cm.

Oleh masyarakat Sumatera Barat, serunai kerap dimainkan pada pesta pernikahan, mengiringi pertunjukan pencak silat, dan sebagai hiburan saat memanen padi di ladang. Biasanya alat musik ini dimainkan solo atau secara ansambel bersama alat musik Sumatera Barat lainnya seperti talempong dan gandang untuk menghasilkan irama khas Minang.


Bansi


Alat musik bansi sekilas memiliki bentuk yang menyerupai Saluang. Akan tetapi terdapat perbedaan antara Bansi dan Saluang. Perbedaan pertama dari bahan pembuatnya. Bansi biasanya terbuat dari bambu berjenis talang.

Fungsi alat musik ini yaitu:

1. Fungsi Estetis
Fungsi estetis, yang mengacu pada nilai-nilai keindahan yang dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata. Seperti yang kita tahu bahwa musik adalah media seseorang dalam mengekspresikan isi hatinya. Akan ada pesan-pesan yang tersampaikan disampaikan kali Bansi dimainkan.




2. Fungsi Perlambangan
Dalam masyarakat Minang, Bansi memiliki peran khusus dalam budaya perkawinan. Dimainkannya Bansi menjadi tanda bahwa proses pemasangan inai bagi pengantin wanita akan segera dimulai, di makam sebelum pernikahan berlangsung.

3. Fungsi Hiburan
Terdapat banyak momen yang bisa menjadikan Bansi sebagai media tontonan hiburan, salah satunya ketika acara pernikahan.

4. Musik Pengiring Tari
Selain mengikuti tradisi nenek moyang, juga ditujukan sebagai ajang dalam melestarikan alat-alat musik daerah yang saat ini sudah semakin jarang ditemui atau langka.

Ukuran panjang dan jumlah lubang Bansi juga berbeda dengan Saluang. Selain itu, alat musik tradisional Sumatera Barat yang satu ini memiliki panjang sekitar 33 cm saja, yang lebih pendek dibandingkan dengan Saluang.

Sementara itu, jumlah lubang yang terdapat pada alat musik Bansi dengan jumlah lebih banyak, yaitu tujuh. Tentunya berbeda dengan Saluang yang hanya memiliki empat lubang saja.

Hal mendasar yang harus diperhatikan dalam memainkan alat musik ini adalah teknik dalam penghembusan. Hembusan yang kuat akan menghasilkan nada di oktaf yang lebih tinggi, begitu pula sebaliknya. Setelah paham dalam pengendalian hembusan, maka langkah selanjutnya adalah mempelajari teknik pernapasan (Circular breathing).




Cara termudah melatih teknik ini adalah melalui sedotan, masukkan ujung sedotan ke dalam wadah berisi air, kemudian tiup dengan mulut. Semakin besar gelembung di air, maka semakin kuat tiupan kita.

Jika sudah berhasil, maka cara belajar alat musik bansi berikutnya adalah menguasai teknik penjarian. Hal ini sangat penting dipahami, karena terdapat 7 buah lobang yang harus ditutup-tutup ketika bermain, dan 1 lobang yang berfungsi sebagai mengatur oktaf nada dari bansi tersebut.

Dari 7 lobang tersebut, 4 diantaranya ditutup menggunakan jari tangan kanan, aturan umumnya adalah sebagai berikut:
1. Lobang 1: jari kelingking
2. Lobang 2: jari manis
3. Lobang 3: jari tengah
4. Lobang 4: jari telunjuk

Sedangkan 3 lobang berikutnya memakai jari tangan kiri, aturannya adalah sebagai berikut:
1. Lobang 5: jari manis
2. Lobang 6: jari tengah
3. Lobang 7: jari telunjuk.

Ibu jari kanan dipakai untuk menahan bansi ketika dimainkan, sedangkan ibu jari kiri diletakkan di lobang ke-8, yang berada di bagian bawah Bansi.

Pupuik Tanduk


Alat musik tradisional Sumatera Barat yang satu ini, mungkin menjadi yang paling unik. Pupuik Tanduk merupakan alat musik tiup yang terbuat dari tanduk kerbau, dengan sentuhan bambu pada bagian ujung, tempat untuk meniup. Tidak hanya unik dari segi bahan pembuatannya, begitupun dengan kegunaannya.




Pupuik Tanduak termasuk alat musik sederhana yang memiliki nada tunggal. Karena itulah instrumen ini tidak digunakan sebagai aransemen pengiring suatu tarian atau lagu.




Fungsi dari Pupuik Tanduak lebih dominan sebagai kode atau isyarat bagi masyarakat setempat, yaitu digunakan pada upacara adat masyarakat Minangkabau Pupuik Tanduk juga digunakan sebagai penanda waktu shalat seperti penanda waktu subuh dan maghrib, dan juga untuk menunjukan kepada warga bahwa ada informasi yang akan disampaikan oleh pemimpin.(budi) 
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Mari Mengenal Alat Musik Tiup Tradisional Minangkabau

Iklan